Monday, April 4, 2011

Panas.

Hari ini (liat tanggal di atas), panas menghujani bumi Jakarta. Sebenarnya ketika pagi masih menyisakan dinginnya malam, diri ini tidak menyangka kalau siangnya matahari begitu gencar memberikan sinarnya sebagai pembalasan tiga (atau dua?) hari mendung kemarin. Sialnya lagi, terpaksa kupakai jaket tebal—satu-satunya jaket layak pakai yang kumiliki—sebagai penutup luka memar akibat cambukan bekas kerokan yang sampai menodai lengan kiriku. Awal hari penuh keringat sial.

Hari ini sangat melelahkan. Kenapa? Jadwal berubah untuk mata kuliah Pendidikan Agama, dari yang biasanya dimulai dari pukul sebelas sampai satu siang, kini dimajukan jadi pukul sepuluh—pagi. Lebih sialnya lagi, setelah agama, kuis Fonologi menanti, dan ketika pukul tiga sore, Bumpo (Tata Bahasa Jepang) sebagai penutup benar-benar membunuh perlahan.

Hari ini… entah kenapa terasa sangat panas. Ternyata, ketika kedua iris hitamku membuang pandangan ke luar jendela kelas, kusadari pemandangan di luar sangat terik dengan dedaunan yang bersimbah cahaya kekuningan dari sang matahari. Helaan napas sebal keluar dari hidungku. Mengeluh, lebih jelasnya.
Aku benci panas. Aku semakin benci ketika batuk mulai menggangguku sejak kuliah Fonologi hingga berakhirnya kelas di hari ini.

Tahu apa lebih kerennya lagi? Ternyata oh ternyata, hari ini adalah jadwal rapat Bunkasai. Bukannya apa, tapi sungguh, hari ini adalah jadwal terkeren seumur perkuliahan gue. Ada di kampus dari pukul sepuluh kurang sampai tujuh kurang. Sembilan jam. Hitungan istirahat sekitar hampir dua jam dengan rincian: satu jam setelah agama (dosennya mau ke R.S.); sepuluh menit setelah Fonologi (sensei-nya sedikit ngambek karena aku terlambat beberapa menit); dan setengah jam setelah Bumpo menuju jadwal rapat.

Berlama-lama di kampus bukanlah suatu masalah, kalau saja itu bukan untuk menghadapi tiga mata kuliah—ditambah satu kuis—berturut-turut sampai sore. Mau tanya pendapatku? Itu memuakkan. (maaf, emosi sedang menduduki chart nomor satu untuk hari ini)

Lupakan soal tiga mata kuliah itu. Ini posting tentang rapat-cukup-panas, dengan ruang 403—403 sebagai saksi bisunya.

Ada apa di rapat itu? Kupikir hanya rapat biasa seperti minggu-minggu lalu yang membahas progress Bunka. Ternyata, ada acara ‘buka tutup topeles’* di sini. keluarlah segala retakan yang selama ini menghias kepanitiaan kami. Syukur Alhamdulillah, belum menjadi borok atau koreng. Retakan-retakan itu, dapat disimpulkan, telah terjahit benar-benar—meski belum kuat benar jahitannya. Tapi, anggap saja sudah kuat dan rapi.

Sore ini panas, apalagi pada pukul 5.30p.m. ketika aku dan Okta pergi makan. Matahari terik dengan sangat jahatnya, membuat banyak bias, bayangan, keringat, dan mata berkunang-kunang. Aku, lebih suka mendung atau hujan—bahkan kalau bisa salju**. Ditambah lagi topik rapat kali ini. Membuat udara di 403—404 bertambah panas.

Kita keren. Panitia Bunka 2011 ini sangatlah keren. Itu aja, sih.
.
.
.
#ceritanyaCliffHanger
Posting-an 4 April 2011
Tamat

Owner’s last words.
*: itu bukan arisan, maksudnya, kawan-kawan. Maksudnya, buka-bukaan. Transparansi antar tim. Yunowlah.
**: maksudnya analogi antara Sasuke sebagai salju atau hujan atau mendung dan Naruto sebagai matahari.


No comments:

Post a Comment