Wednesday, February 9, 2011

Panas, Sakit, dan Akhirnya Jadi Galau

Selamat sore. Hari ini teriknya tidak tertahankan, membuat saya muak dengan hari ini. Sungguh, saya bingung dengan kodrat wanita yang konon katanya kalau lagi haid emosinya labil sekali dan mudah sekali terpancing.

Saya benci panas, dan saya benci sakit perut ini. Oh, tolong jangan komentari EYD dalam tulisan ini. Ini diary, by the way.

Oke, maaf, saya hanya sedang sensitif dengan Bahasa Indonesia. UAS terakhir tadi benar-benar menjatuhkan mood. Yeah, selamat tinggal dua minggu UASialan, dan selamat datang liburan seminggu. Ya, sudah saya bilang saya komentari penulisan koma itu. Saya tau seharusnya tidak memerlukan koma untuk menyambung dua kata saja. Oke, lupakan. Itu membuat saya ingin muntah, serius.

Ada apa dengan kesan gloomy dan emosional ini? Saya hanya sedikit merasa lelah. Ya, kebetulan saya memang sedang sakit. Sial. Datang bulan sialan. Saya sudah bilang, kalau mau datang, datanglah dengan damai. Jangan menyiksa saya dengan berbagai serangan masuk angin segala dong.

Saya hanya sedang merasa tidak berdaya—lagi. Dan selalu. Anda tahu, saya tinggal di lingkungan sosialisasi, dan saya tidak pernah berhubungan baik dengan kata 'sosialisasi' itu. Ya, saya sangat buruk dalam hal bersosialisasi. Baru-baru ini ada kejadian tidak mengenakkan yang datang dari lingkungan tempat tinggal saya. Itu cukup menjatuhkan mental, dan saya benci mengatakan kalau saya memikirkan hal itu. Saya cukup lelah.

Saya merasa tidak berdaya dengan kekurangan saya. Straight to the point: saya mau cepet-cepet pegang hape baru. Saya muak ketika saya ingin—dan perlu—online, tapi sikon ga mendukung. Saya muak dengan keterbatasan dan cobaan. Bagaimanapun saya adalah manusia biasa yang ternyata sifat 'kemanusiaan'nya lebih besar daripada 'sifat sebagai umat'nya.

Ah sudah saya bingung merangkai kata.

To be continu—ed?

No comments:

Post a Comment